Selasa, 18 Oktober 2011

Islam Kaffah

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( al- Baqarah : 208-209 ).

Inilah seruan kepada kaum mukminin dengan menyebut iman. Yaitu, sifat atau identitas yang paling mereka sukai, yang membedakan mereka dari orang lain dan menjadikan mereka unik serta menghubungkan mereka dengan Allah yang menyeru mereka itu. Seruan kepada orang orang beriman unfuk masuk Islam secara total’ Pemahaman pertama terhadap seruan ini ialah orang-orang mukmin harus menyerahkan diri secara total kepada Allah, dalam urusan yang kecil maupun yg besar. Hendaklah mereka menyerahkan diri dengan sebenar-benarnya secara keseluruhan, baik mengenai tashawur,’persepsi, pandangan’, pemikiran’ maupun perasaan, niat maupun amal’,kesenangan maupun ketakutan; dengan tunduk dan patuh kepada Allah, dan ridha kepada hukum dan qadha-Nya, tak tersisa sedikit pun dari semua ini untuk selain Allah. Pasrah yang disertai dengan ketaatan yang mantap, tenang, dan ridha. Menyerah kepada tangan (kekuasaan) yang menuntun langkah-langkahnya. Mereka percaya bahwa “tangan” itu menginginkan bagi mereka kebaikan, ketulusan’ dan kelurusan .

Mereka merasa tenang dan tenteram menempuh jalan itu ketika berangkat dan kembali di duniaataupun diakhirat .Arahan dakwah kepada orang-orang yang beriman ini juga mengisyaratkan bahwa di sana terdapat jiwa-jiwa (manusla) yang senantiasa memberontak dengan keragu-raguan untuk melakukan ketaatan yang mutlak baik secara sembunyi maupun terang-terangan Ini adalah hal yang biasa terdapat di dalam kelompok masyarakat, di samping itu ada jiwa-jiwa yang tenang, percaya kepada Allah, dan ridha’ Ini adalah seruan yang setiap waktu ditujukan kepada orang-orang yang beriman agar mereka menjadi suci dan bersih, tulus dan ikhlas, dan sesuai getaran getaran jiwa dan arah perasaannya dengan apa yang dikehendaki Allah bagi mereka dan juga agar sesuai dengan tuntutan nabi dan agama mereka dengan tanpa keraguan dan kebimbangan serta kegamangan. Ketika seorang muslim mematuhi ini dengan sebenar-benarnya berarti ia telah masuk ke alam kedamaian secara menyeluruh dan ke alam keselamatan secara total. Alam yang penuh kemantapan dan ketenangan, penuh keridhaan dan kemantapan tidak ada kebingungan dan kegoncangan, tidak ada kelinglungan dan kesesatan.

Damai dengan segala yang ada dan segala yang maujud’. Kedamaian yang berseri-seri dalam lubuk hati. Kedamaian yang membayang-bayangi kehidupan dan masyarakat ” kesejahteraan dan keselamatan di bumi dan langit .Keselamatan dan kedamaian yang pertama kali melimpah ke dalam hati melimpah dari tashaawwur-nya yang benar terhadap Allah Tuharnya memancar dari keindahan dan kelapangan tashawwurnya ini .Sesungguhnya, Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang kepada-Nya orang muslim menghadapkan arahnya dengan hati yang mantap. Maka jalannya kepada Nya tidak bercerai-berai, penghadapannya kepada Nva tidak berbilang (melainkan cuma satu) dan tidak diombang-ambingkan oleh tuhan ini dan tuhan itu ke sana ke mari sebagaimana ketuhanan berhala dalam jahiliah. Yang ada hanya satuTuhan tempat ia menghadap dengan penuh keyakinan dan kemantapan, dengan terang dan jelas. Dia ( Allah) adalah Tuhan Yang Mahakuat, Mahakuasa dan Mahaperkasa , Apabila seorang muslim menghadap kepada-Nya berarti ia menghadap kepada kekuatan yang sebenarnya yang cuma satu-satunya di alam semesta ini. Ia merasa aman dari semua kekuatan palsu, merasa tenang dan tenteram.. Ia tidak merasa takut kepada seseorang atau kepada sesuatupun. Ia hanya menyembah kepad.a Allah yang Mahakuat, Mahakuasa dan Mahaperkasa. Ia juga tidak khawatir kehilangan sesuatu dan tidak juga berambisi terhadap apa saja yang ada pada orang yang tidak berkuasa untuk mencegah atau memberi.

Dia adalah Tuhan Yang Mahaadil dan Mahabijaksana. Kekuatan dan kekuasaan-Nya merupakan jaminan dari kezaliman, hawa nafsu, dan merugikan hak orang lain. Ia tidak seperti tuhan-tuhan berhala dan kejahiliahan dengan bermacam-macam kemauan dan keinginannya. Dengan demikian, seorang muslim meninggalkan ketuhanan berhala dan berlindung kepada Allah, pilar yang kokoh, untuk mendapatkan keadilan, perlindungan, dan keamanan. Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Pemberi nikrnat dan Pemberi karunia ,Pengampun dosa dan Penerima tobat yang mengabulkan permohonan doa orang yang memohon kepada-Nya dan menghilangkan duka deritanya. Maka, seorang muslim di bawah naungan Allah merasa aman dan tenang, merasa selamat dan berhasil, disayangi kalau lemah, dan diampuni kalau bertobat. Demikianlah seorang muslim menjalani kehidupannya bersama sifat sifat Tuhannya yang dikenalkan oleh Islam kepadanya. Maka’ pada setiap sifat-Nya dia menemukan sesuatu yang menenangkan hatinya dan menenteramkan jiwanya. Dia menemukan sesuatu yang menjamin perlindungan, pemeliharaan kelemah lembutan, kasih sayang keperkasaan,ketahanan, kemantapan, dan keselamatan.

Begitulah Islam melimpahkan ke dalam hati orang muslim pandangan yang benar mengenai hubungan antara hamba dan Tuhan, antara Sang Pencipta dan alam semesta, serta antara alam semesta dan manusia . Maka Allah telah menciptakan alam ini dengan benar serta menciptakan segala sesuatu padanya dengan ukuran dan hikmah. Manusia diciptakan dengan bertujuan, tidak dibiarkan sia-sia telah disiapkan untuknya segala keadaan alam yang sesuai buatnya dan diciptakan pula segala sesuatu di bumi untuknya. Manusia adalah makhluk yang mulia dalam pandangan Allah. Dia adalah khalifah-Nya di muka bumi. Allah senantiasa menolongnya dalam menjalankan kekalifahannya ini, sedang alam sekitarnya merupakan teman yang baik baginya, saling merespons antara ruhnya dan ruh semesta, ketika kedua-duanya menuju kepada Allah-Tuhan Semestaa Alam. Dia diseru kepada festival Ilahi yang diadakan di langit dan bumi ini agar dia senang dan gembira . Dia juga diseru untuk saling berlemah-lembut dan berkasih sayang dengan segala sesuatu dan segala makhluk hidup di alarm yang besar ini. Yakni, semua yang bersorak-sorai dengan teman-teman yang sama-sama diseru seperti dia untuk ikut dalam festival ini, dan sama-sama meramaikannya..

Akidah yang menghentikan pemiliknya di depan tumbuhan kecil ini dan membisikkan kepadanya bahwa dia akan mendapatkan pahala kalau mau menyiramnya ketika ia sedang haus, membantunya unfuk berkembang, dan menghilangkan semua gangguan dari jalannya, adalah akidah yang indah lebih dari sekadar akidah yang mulia. Akidah yang menuangkan kedamaian didalam ruhnya, yang membebaskannya untuk berpelukan mesra dengan seluruh alam semesta, menebarkan keamanan dan kelembutan di sekitarnya, kasih sayang dan keselamatan. Keyakinan akan adanya alam akhirat memiliki peranan yang pokok di dalam mencurahkan keselamatan dan kedamaian ke dalam ruh orang mukmin dan dunianya. Juga berperanan dalam menghilangkan kegundahan, kebencian, dan keputusasaan.

Sesungguhnya perhitungan terakhir bukan di dunia ini dan pembalasan yang sempurna bukan di alam kehidupan yang sementara ini. Karena sesungguhnya perhitungan terakhir ada di sana dan keadilan yang mutlak terkandung di dalam perhitungan ini. Maka ia tidak menyesal kalau melakukan kebaikan dan berjihad di jalan Allah, tetapi belum tampak hasilnya atau belum mendapatkan balasannya. Ia tidak sedih dan bimbang kalau belum mendapatkan balasan yang sempurna dibandingkan orang lain dalam kehidupan ini, karena dia akan mendapatkannya secara sempurna menurut timbangan Allah. Dia juga tidak berputus asa untuk mendapatkan keadilan apabila di dalam perjalanan hidup yang pendek ini tidak mendapatkan bagian yang diinginkannya. Karena keadilan itu pasti akan terwujud, sedang Allah tidak hendak berbuat zalim kepada hamba -hamba-Nya .Keyakinan adanya akhirat juga menjadi penghalang baginya dari melakukan pertarungan gila-gilaan dan panas yang mengotori tata nilai dan segala sesuatu yang patut dihormati, dengan tidak merasa berat dan tidak merasa malu. Maka, di sana ada akhiral di sana juga ada karunia, kekayaan, dan penggantian terhadap segala sesuatu yang terlepas.

Pandangan yang demikian ini akan menimbulkan kedamaian dan keselamatan dalam lapangan perlombaan dan persaingan; tidak merasa paling baik daripada semua gerak-gerik orang yang ikut perlombaan; dan menganggap enteng semua perniagaan yang lepas dari perasaan bahwa safu-satunya kesempatan ialah usia yang pendek dan terbatas ini. Pengetahuan dan kesadaran seorang mukmin adalah bahwa tujuan keberadaan manusia adalah ibadah karena ia diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Hal ini akan mengangkat derajatnya ke cakrawala yang terang benderang, akan mengangkat perasaan dan hati nuraninya akan mengangkat aktivitas-aktivitas dan amalnya dan akan menyucikan semua jalan dan sarananya. Maka, ibadahlah yang ia kehendaki ketika sedang melakukan aktivitas dan amalannya, bekerja dan mengeluarkan belanja menjalankan tugas kekhalifahannya di muka bumi, dan merealisasikan berlakunya manhaj Allah padanya , pantaslah kalau dia tidak mau berbuat curang dan durhaka tidak mau mengicuh dan menipu, tidak mau berbuat aniaya dan sewenang-wenang, tidak mau menggunakan caracara yang kotor dan hina, tidak mau tergesa-gesa dalam menempuh tahapannya, tidak mau menempuh jalan pintas (menyimpang dari kebenaran), dan tidak mau mengendarai kesulitan dalam urusannya.

Dia sangat serius melakukan tujuan ibadahnya dengan niat yang ikhlas dan beramal serta bekerja secara konstan (terus menerus) dalam batas-batas kemampuannya. Dengan semua ini, tidaklah berkobar-kobar rasa takut dan ambisi di dalam jiwanya serta tidak bergoncang jiwanya dalam menempuh setiap tahapan dalam perjalanannya. Maka dia beribadah dalam setiap langkahnya, dia mewujudkan tujuan keberadaannya dalam setiap getaran pikirannya dan dia naik menuju Allah dalam setiap aktivitas serta dalam semua lapangannya. Perasaan seorang mukmin selalu berjalan bersama takdir Allah dan selalu melaksanakan ketaatan kepada Allah untuk mewujudkan apa yang diinginkan oleh Allah. Perasaan ini akan menuangkan kedalam ruhnya ketenteraman, kedamaian, dan kemantapan, serta penerang jalannya ” Sehingga mereka tidak bingung, tidak gundah, dan tidak marah-marah dalam menghadapi kendala hambatan, dan kesulitan serta mereka tidak putus asa dari pertolongan dan bantuan Allah, dan juga tidak khawatir akan salah tujuan atau tersia-sia balasannya.

Oleh karena itu, ia merasakan kedamaian didalam jiwanya sehingga ia rela berperang menghadapi musuh musuh Allah dan musuh-musuhnya. Sebab, ia berperang karenaAllah, dijalan Allah, dan untuk menjunjung tinggi agama Allah. Ia tidak berperang untuk mendapatkan kedudukan, harta rampasan, memenuhi ambisi, atau untuk mendapatkan kekayaan kehidupan dunia. Demikian pula perasaannya bahwa dia berjalan pada sunatullah bersama seluruh alam ini. Undang-undang alam adalah undang-undangnya iuga arah alam adalah arahnya juga” (arena itu, tidak berbentuan dan tidak bertentangan, dan tidak boleh mengeksploitasi alam dengan sewenang-vvenang. Seluruh kekuatan alam adalah untuk kekuatannya dengan cahaya yang mengarahkan dirinya. Kekuatan alam ini pun menuju kepada Allah bersamanya . Tugas-tugas yang diwajibkan oleh Islam kepada orang muslim semuanya bersumber dari fitah dan untuk meluruskan fitrah itu, tidak melampaui batas kemampuannya tidak acuh terhadap tabiat dan kejadian manusia tidak mengabaikan satupun potensi manusia dengan tidak membebaskannya untuk beramal, membangun, dan berkembang. Taklif Islam juga tidak melupakan satu pun kebutuhan jasmani dan rohaninya. Tidak pula merajalelakannya dalam kemudahan, kebebasan, dan kelaparan.

Oleh karena itu, ia tidak bingung dan tidak gundah di dalam menghadapi tugas – tugasnya Ia mengembannya sesuai dengan kemampuannya dan ia berjalan di jalannya menuju kepada Allah dengan tenang, bahagia dan damai. Masyarakat yang dibangun oleh manhaj Rabbani ini berada dalam naungan peraturan yang bersumber dari akidah yang bagus dan mulia ini Mereka berada di bawah jaminan –jaminan yang meliputi iiwa kehormatan, dan hartabenda . Semuanya menebarkan keselamatan dan jiwa kedamaian. Demikianlah masyarakat yang saling menyayangi dan saling mencintai, yang saling berhubungan dengan berjalin berkelindan, saling menjamin, dan saling setia Inilah tipe masyarakatyang hendak diwujudkan oleh Islam, dalam bentuknya yang palingtinggi dan paling bersih. Kemudian” diwujudkannya dalam aneka macam bentuk menurut masanya, dengan tingkat-tingkat kejernihan yang berbeda. Akan tetapi secara keseluruhan lebih baik daripada masyarakat lain yang dibentuk oleh kejahiliahan dalam masa lampau ataupun masa sekarang. Juga lebih baik dari semua masyarakat yang dilumuri oleh kejahiliahan ini dengan segala pandangan dan tatanan keduniawiannya. Inilah masyarakat yang diikat dengan unsur akidah yang meleburkan semua unsur kesukuan dan kebangsaan, bahasa dan warna kulit dan semua unsur baru yang tidak ada hubungannya dengan esensi manusia .

Ikhlas

I K H L A S

I. Pendahuluan

Ikhlas berkaitan dengan niat. Ikhlas identik dengan kegiatan membersihkan dan memisahkan dari sesuatu yang kotor menjadi bersih. Seorang muslim dalam beramal dimulai dari niatnya. Niat itu pulalah yang akan menghantarkan ia pada pahala yang melimpah atau tidak sama sekali.

Dalam sebuah hadits disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya amal itu tergantung dengan niatnya dan sesungguhnya bagi seseorang itu apa yang diniatkannya. Barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa berhijrah karena harta yang ingin diraihnya atau karena perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu untuk sesuatu yang menjadi tujuan hijrahnya.” (HR. Bukhari-Muslim)

II. Hakikat Ikhlas

Ikhlas berada dalam hati demikian pula dengan lawannya yaitu syirik, keduanya senantiasa berebut tempat di hati manusia. Oleh sebab itu tempat ikhlas ada di dalam hati dan hal itu berkaitan dengan tujuan dan niat seseorang.
Disebutkan bahwa hakikat niat itu mengacu kepada respon berbagai hal yang membangkitkannya. Bila faktor pembangkitnya hanya satu maka perbuatan itu disebut ikhlas dalam kaitannya dengan apa yang diniatkan. Istilah ikhlas itu khusus berkenaan dengan tujuan semata-mata mencari taqarrub kepada Allah dan pelakunya disebut mukhlis.

III. Cara Untuk Mengenali Ikhlas

Motivasi seseorang untuk beramal banyak sekali. Oleh karena itu kita perlu mengenali tujuan dari amal kita agar motivasinya tidak tercampur dengan yang lain, seperti riya’ atau kepentingan-kepentingan nafsu lainnya.

Salah satu contoh motivasi yang telah tercampur dengan motivasi yang lain misalnya orang yang berpuasa untuk memanfaatkan perlindungan yang dapat dicapai melalui puasa tersebut disamping niat taqarrub. Contohnya antara lain: orang yang pergi haji untuk memperoleh kesegaran suasana untuk bepergian.

Oleh karena itu, para penempuh jalan akhirat harus mencermati amal perbuatan mereka dan memperbaharui niat mereka. Tidak setiap tujuan dalam suatu amal dapat membatalkan amal. Karena itu, siapa yang berpuasa dengan tujuan bertaqarrub kepada Allah dan mencapai kesehatan maka tidak merusak keikhlasannya. Bahkan jika kesehatannya itu diniatkan untuk memperkuat diri dalam mengamalkan kebaikan maka pahalanya semakin bertambah. Jika ia memaksudkan untuk hak dirinya maka pahala keikhlasan kepada Allah lebih banyak.

Singkatnya, setiap kepentingan duniawi yang disenangi nafsu dan dicenderungi hati sedikit ataupun banyak, apabila merambah ke dalam amal maka dapat mengeruhkan kejernihannya. Manusia senantiasa terikat dalam kepentingan-kepentingan dirinya dan tenggelam dalam berbagai syahwatnya sehingga jarang sekali amal perbuatan atau ibadahnya dapat terlepas dari kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan sejenis itu.

Akan tetapi hal yang menjadi perhatian adalah apabila tujuan asalnya berupa taqarrub lalu terkontaminasi oleh hal-hal di atas, kemudian kotoran-kotoran ini berada pada tingkat mu’awanah (mendukung).

Jadi, pengetahuan tentang hakikat ikhlas dan pengamalannya merupakan lautan yang dalam, semua orang tenggelam di dalamnya kecuali sedikit, yaitu orang-orang yang dikecualikan dalam firman-Nya: “Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka” (QS. Al Hijr : 40). Maka hendaklah seorang hamba sangat memperhatikan dan mengawasi hal-hal yang sangat mendetil ini. Jika tidak, maka akan tergolong kepada pengikut syaithan tanpa menyadarinya.

IV. Manfaat Ikhlas

1. Hidup akan tenang karena hati selalu berjaga-jaga untuk mengevaluasi dan meluruskan niat dalam beramal
2. Selalu dimudahkan dalam segala urusannya
3. Memiliki orientasi hidup yang mampu menjangkau jangka panjang yaitu akhirat
4. Pemberat/penambah pahala dalam beramal
5. Mendapat posisi sebaik-baiknya Hamba di sisi Allah dan juga manusia.

V. Penutup

Apabila keikhlasan telah bersemayam di dalam diri, maka setiap amal akan diberkahi oleh Allah SWT. Setiap orang akan berlomba-lomba untuk memberikan amalan terbaiknya karena ia menyadari buah dari ilmu dan keikhlasan adalah amal shaleh.

Referensi :

1. Tadzkiyatun Nafs, Said Hawwa
2. Membina Angkatan Mujahid, Said Hawwa

Ikhlas dan Manfaatnya

Ikhlas kata yang ringkas, ringan diucapkan namun berat untuk di praktekan.
Meski berat, ikhlas harus selalu hadir dalam segala amalan baik manusia.

Ada seorang salaf di zaman dahulu yang selalu pergi menunaikan ibadah haji setiap tahun dengan cara berjalan kaki. Ini merupakan kebiasaanya. Pada suatu malam ketika ia tidur ditempat peraduannya, ibunya meminta tolong agar ia mengambilkan segelas air. Namun ia merasa agak berat untuk bangun mengambilkan air. Kemudian ia kembali, ia teringat pada ibadah haji yang dilakukannya setiap bulan dengan berjalan kaki. Timbul pertanyaan di dalam hatinya, mengapa selama ini ia mengamalkan ajaran berat itu dengan mudah. Sementara, hanya untuk mengambilkan air untuk ibunya ia merasa berat. Kenapa? Ia bermuhasabah, dan kemudian menemukan bahwa yang membuat ia selalu bersemangat adalah pendangan dan pujian manusia. Sadarlah ia bahwa selama ini amalan kebaikannya tersuapi oleh syirik yang lembut. Belum sepenuhnya ikhlas karena Allah. Demikian sebuah riwayat yang disebutkan dalam kitab lathaiful ma’arif.

Ini menjadi gambaran bahwa keikhlasan begitu berat diraih. Seorang ulama salaf yang lain yaitu sufyan bin uyainah pun pernah berkisah, “Pernah suatu hari aku mengalami kekhusuan hati kemudian saya pun menangis. Lantas aku katakan pada diriku sendiri,” ‘Seandainya sebagian sahabat ku berada disini niscaya ia kan menangis bersamaku.’ kemudian aku tertidur dan bermimpi. dalam mimpi itu saya didatangi oleh seseorang, ia menendang kakiku dan berkata, ’Hai Sufyan ambillah pahalamu dari orang yang kamu suka ia melihatmu!’



TAPI HARUS

Meski berat, ikhlas adalah sesuatu yang harus selalu ada dalam setiap amalan kebajikan yang dilakukan. Artinya, seseorang wajib berjuang untuk meraih keikhlasan tersebut. Pentingnya masalah ikhlas sendiri bukan sesuatu yang ditawa-tawar lagi. Siapapun yang mentadaburi kitabullah akan menemukan begitu agungnya nilai keikhlasan ini. Bahkan secara ringkas bisa dikatakan bahwa agama tanpa keikhlasan’ salah satu buktinya adalah surat Az-Zummar ayat23

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan padanya Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syrik)

Oleh kareana itu, seberapapun besarnya amalan yang dilakukan oleh seseorang, baik puasa, shalat, zakat, haji, bahkan jihad sekalipun jika tidak disertai dengan keikhlasan maka tak ada manfaatnya sama sekali. Amalan tersebut tidak akan pernah diterima oleh Allah. Karena amalan kebaikan hanya akan diterima oleh Allah bila memenuhi dua persyaratan, yaitu ikhlas dan benar sesuai dengan syariat.

“AlQuranul Karim telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan amalan shalih adalah yang melengkapi tiga perkara. Disaat salah satu diantaranya kosong maka amalan tersebut tidak akan memberikan manfaat bagi pelakunya pada hari kiamat kelak. Salah satu dari ketiga perkara itu adalah: Ikhlas untuk mengharapkan wajah-Nya yang Maha Mulia. Sesuai dengan Firman Allah: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembahkan Allah dengan memurnikan ke’taat kepadanya dalam menjalankan agama yang lurus,” ungkap oleh Syeikh Muhammad Amin asy syinqithi rahimahullah.

BESAR MANFAATNYA
Di saat ikhlas telah tertanam dalam jiwa ketika mengamalkan suatu kebajikan, dan ketaat ini murni hanya dalam rangka mencari wajah Allah maka akan diperoleh manfaat yang besar. Allah akan memberikan ganjaran yang ekstra besar kepada orang-orang yang ikhlas meskipun bilangannya sedikit. Ibnul Mubarak, seorang ulama salaf, memberikan petuah tentang hal ini.

“Betapa banyak amal kecil ( sedikit, sederhana) menjadi besar dengan sebab niatnya (keikhlasannya). Dan betapa banyak amal yang besar (banyak) menjadi kecil nilainyan dengan sebab niat (karena tidak ikhlas ).”


TANPA IKHLAS PEDIH AZAB

Sebuah amalan tidak akan berguna disisi Allah tanpa disertai keihlasan. Bahkan tidak berhenti disini saja. Orang yang tidak ihlas dalam beramal terancam mendapatkan azab yang pedih dari Allah

Rasulullah SAW pernah bersabda: ”Barang siapa belajar ilmu yang seharusnya yang ia mengharapkan wajah Allah, kemudia ia belajar untuk mendapatkan sesuatu dari dunia, maka ia tidak akan mencium baunya surga pada hari kiamat.”(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)

Demikian pula dalam berbagai bentuk amalan yang lain termasuk dakwah, jika tidak diniatkan ikhlas maka akan berakhir dengan kerugian, Rasululah bersabda:

Sebagaimana firman Allah: “Aku tidak butuh kepada semua sekutu. Barang siapa beramal mempersekutukan-Ku dengan yang lain, maka aku biarkan dengan sekutunya.”(HR. Muslim, Ibnu Majah)
Dari sini, semakin jelas nilai penting keihlasan. Ia mesti ada dalam setiap aktivitas keagamaan kita. Dalam berilmu, beramal dan berdakwah. Ya, ikhlas adalah salah satu rahasia amal shalih. Duhai Rabbi, mudahkan kami untuk ikhlas kepada-MU.


sumber:.cybermq

Minggu, 09 Oktober 2011

Ayat-ayat Tentang Haji

Q.S Al Hajj : 26 - 31

26. Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu dengan Aku dan sucikanlah Rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud.

27. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,


28. supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut Nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas Rezeki yang Allah telah Berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.

29. Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)

30. Demikianlah (Perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di Sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di Sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta,

31. dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh anginke tempat yang jauh...